Yusuf Mansur, Ustadz yang Mengajarkan Bermimpi

Artikel dari Pak Roni berikut ini saya setuju banget...

Bangsa sebesar Indonesia memerlukan lebih banyak motivator, bahkan seharusnya Indonesia punya motivator sama banyaknya dengan USA. Hal ini agar kita senantiasa terbiasa selalu positif tangguh mengejar mimpi di tengah positif thinking dan positif feeling.

Soal content TV Media, bangsa besar seperti Indonesia juga perlu banyak content yang positif, yang sekarang ada malahan mayoritas content sampah seperti yang beredar di TV nasional/regional seperti saat ini...

Berikut artikel Pak Roni
===
Terus terang, saya jarang menonton acara kuliah Subuh yang banyak ditayangkan televisi di pagi hari.

Entah mengapa, selesai shalat pagi ini saya menghidupkan TV dan kebetulan
ada 3 penceramah di 3 saluran berbeda: Ustad Jeffry Albukhory, Mama Dedeh
dan Ustadz Yusuf Mansur di TPI. Saya pilih Yusuf Mansur, karena kebetulan
adalah teman sendiri.

Saya ikuti tuturannya. Ia bercerita dengan rileks dan gaya bercerita yang
sederhana, tapi isinya mendalam. Tentang kekuatan impian yang didukung oleh
kekuatan doa dan amalan-amalan sunnah lainnya.

Seorang anak yang tinggal 400 km dari kota, tanpa listrik tanpa telepon dan
miskin punya keinginan bersekolah di Amerika.

Amerika?

How come? Jauh sekali dan nyaris tak ada sedikit pun kemungkinannya melihat
kondisinya saat itu.

Sang ibu mendukung dengan luar biasa. Ia tidak mampu mendukung impian
anaknya itu kecuali dengan doa dan shalat tahajjud.

Dengan petunjuk Allah si anak itu diterima kerja sebagai guide, karena ia
tinggal di daerah pantai. Dengan bahasa Inggris yang sangat minim, ia
meng-guide seorang profesor dari Amerika yang sedang melakukan penelitian.

Sang profesor kepincut dengan sikap dan keinginannya yang tinggi untuk
bersekolah. Singkat cerita, sang profesor membantunya mewujudkan impiannya
dengan menjadi penjamin, menjadikannya asisten dan bahkan menyediakan tempat
tinggal.

Kuliah S-1 pun dijalaninya di Amerika, S-2 di Jerman, S-3 di Jepang dan
sekarang sedang menjalani post doctoralnya alias S-4. Subhanallah. Itulah
bukti kekuatan impian.

Ustadz Yusuf pun bertanya kepada jamaah, siapa saja yang punya impian
bersekolah ke luar negeri? Cuma satu yang mengacungkan jarinya. Ia ingin
sekolah ke Jerman. Mayoritas jamaah duduk diam termangu. Sikap itu adalah
sikap mayoritas dari bangsa kita yang tidak berani bermimpi. Itulah, masalah
orang Indonesia, kata beliau. Bermimpi saja tidak berani, padahal gratis.

Selain Aa Gym, baru kali inilah ada ustadz lain yang mengangkat tema seperti
ini. Saya cukup surprise menonton tayangan ini. Jarang sekali penceramah
agama bercerita hal-hal yang seperti ini kecuali soal ibadah, surga neraka.

Yusuf Mansur adalah ustadz yang motivator ulung. Kita butuh banyak orang
seperti ini. Indonesia sedang terpuruk. Bangsa ini perlu dibangkitkan,
terutama mentalnya. Bangsa Indonesia adalah banga garuda yang terjebak di
kandang ayam. Mereka tidak berani terbang tinggi karena mengira dirinya
adalah ayam karena teman-temannya adalah ayam semua.

Saya pernah menonton acara pagi seperti ini di Malaysia. Bedanya, di
Indonesia setiap pagi kita disuguhi berita-berita negatif dan infotainmen
yang isinya sampah, di sana acara adalah Motivasi Pagi, berisi
nasihat-nasihat spiritual plus motivasi positif. Jarang sekali ada tayangan
negatif di sana.

Di Amerika ada ribuan orang berprofesi sebagai motivator. Bahkan sudah ada
asosiasinya dan punya majalah sendiri. Tak heran, Amerika menjadi bangsa
yang maju seperti itu. Di Indonesia dengan penduduk 230 juta, berapa banyak
motivator sepert ini? Masih bisa dihitung dengan jari.

Kemarin saya melihat billboard film Sang Pemimpin yang segera tayang
pertengahan bulan ini. Novelnya yang ditulis oleh Andrea Hirata sudah saya
lahap dalam waktu 1 hari saja! Ini buku masterpiece setelah Laskar Pelangi
dan harus dibaca oleh siapa pun. Bagi yang pernah menonton atau membaca The
Secret, film Sang Pemimpi ini menggambarkan dengan jelas bagaimana kekuatan
impian dan The Law of Attraction itu bekerja pada diri Ikal dan Aral yang
membawa mereka sekolah ke Sorbonne, Perancis.

Siapa motivator anak-anak miskin dari Belitung ini? Salah satunya adalah
seorang guru bahas Indonesia yang mengatakan bahwa mereka harus bercita-cita
tinggi, harus sekolah ke Perancis. Betapa dahsyatnya kekuatan kata-kata sang
guru itu.

Saat ini pun saya sedang membaca novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi yang
berkisah kurang lebih sama. Lima orang lulusan pesantren Gontor yang sukses
“jadi orang” berkat kekuatan impian yang mereka pupuk plus kekuatan
kata-kata “man jadda wa jadda”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan
berhasil.

Ustadz Yusuf Mansur, Andrea Hirata, A Fuadi adalah para motivator dengan
caranya masing-masing. Orang-orang seperti ini kita butuhkan dalam jumlah
yang banyak di negeri yang sedang terpuruk secara mental ini. Lihat saja,
betapa malunya bangsa kita melihat kelakuan para petinggi yang merusak
mental ini. Inspirasi dan motivasi apa yang kita dapatkan dari menonton
tayangan saling mempermalukan diri itu?

Kita realistis saja. Anak dan keluarga kita yang bisa kita pengaruhi.
Kenalkan mereka dengan kekuatan impian. Pancing impian mereka dan jadilah
pendukung mereka untuk mewujudkannya. Ciptakan lingkungan yang positif bagi
terwujudnya impian mereka. Jangan biarkan mereka kenal sinetron dan
mengkonsumsi pulsa dan menyia-nyiakan waktu, ujar Ustadz Yusuf yang beberapa
waktu lalu berencana hadir di rumah saya namun batal karena tertimpa
musibah. Insya Allah, lain kali ya Ustadz…

Salam FUUUNtastic! SuksesMulia!
Wassalam,

Roni <http://roniyuzirman.com/>, Owner Manet Busana
Muslim<http://manetvision.com/>,
Founder Komunitas TDA <http://tangandiatas.com/> (member of Indonesia Entrepreneur Association, IdEAS),
LihatTutupKomentar