Payment Online di Indonesia 2012 (bag 1)

Kemana arah Trend Payment Online di Indonesia? Trend Industri Finansial di Indonesia secara umum adalah sbb:

Kenaikan Kredit pertahun pada Bank Umum: Kredit Modal Kerja naik 18%, Kredit Investasi naik 25.4%, Kredit Konsumsi naik 23.07%. Dengan kelas menengah yang melesat, Giro naik 14%, Deposito naik 15.02%, Tabungan naik 19.18%.

Penerbit ATM: 47 Bank, ATM/Debit: 56 Bank (Acquirer = 16), Prinsipal = 6 (salah satunya adalah Artajasa)

Transaksi RTGS sejak 2009: Nilai transaksi saat ini 404T/day, naik 437% sejak 2009. Pada sektor Retail Kartu Debit & Kredit: saat ini 8.8T/day naik 50% sejak 2009.

Dengan Jumlah Kartu 77 juta s/d 120 juta dengan volume trx 230 juta transaksi. Sedangkan Pengguna Internet di Indonesia 2012 ada 61 juta orang, Facebook 51 juta orang dan Twitter 30juta orang), terlihat sangat jelas yah pasar Netizen sudah guede! :)

Transaksi eMoney mulai 2009 sampai saat ini: Jumlah Kartu yang diterbitkan semula 3 juta kartu, saat ini telah menjadi 27 juta kartu. Volume 40 ribu trx/day menjadi 72 ribu trx/day. Nilai trx 1.4 Milyar/day menjadi 5.2 Milyar/day. Angka eMoney ini belum termasuk eMoney pada Busway lho! Angka tersebut akan melonjak, hal ini sebagai langkah awal menuju Cashless Society. Tahukah anda Estimasi Riset BI mengatakan Nilai transaksi akan menjadi Rp. 24Triliun per tahun! Bandingkan dengan pasar eCommerce di Indonesia saat ini Rp. 10 Triliun.

Dengan berkah trend positif meledaknya kaum menengah di Indonesia lah, volume transaksi Internet based Payment + Mobile Payment saat ini telah sama besarnya dengan ATM based Payment. Trend Payment melalui Teller pada Cabang Bank adalah stagnan, tentu hal ini memang yang dimaui oleh pihak perbankan pada umumnya karena Teller dirancang hanya untuk melayani transaksi yang bernilai besar tsb biaya operasionalnya adalah paling mahal. Sehingga eChannel Bank didorong untuk sebanyak mungkin take over proporsi transaksi masyarakat via teller secara sistemik dialihkan pada Payment Online via ATM, Internet dan Mobile.

Seperti pada Bank BCA, setelah Era transaksi Payment Online via ATM yang melesat volume nya, terbukti juga saat ini adik eChannel nya yang berupa Internet Banking dan SMS Banking secara gabungan telah menyamai volume transaksinya.

Berikut ini cuplikan statistik volume bisnis beberapa eChannel Payment Online yang terjadi pada Bank BCA:

Dengan Volume Total BCA 242 juta transaksi/bulan, dengan nilai transaksi 1.689 Triliun Rp/bulan, ATM memproduksi transaksi sebesar 100 juta transaksi/bulan (growth 150%), tetapi sepertinya kedepan ATM akan kalah dari Internet Banking yang saat ini volumenya 75 juta transaksi/bulan.

Mobile Payment sendiri volumenya sebesar 21 juta transaksi/bulan dengan nilai 29 Triliun Rp. Sekali lagi terlihat Internet Banking + Mobile Banking sudah berukuran sama dengan Transaksi via ATM! Cabang sendiri bervolume stagnan yaitu 15 juta transaksi/bulan.

Cantik sekali bukan profile nya? Indonesia gitu lho... Saat ini Indonesia mendadak jadi Gadis Molek yang tentunya menarik perhatian para "Jejaka" Luar Negeri untuk berbondong bondong berinvestasi di Indonesia.

Bicara soal nilai transaksi Teller/Cabang di design untuk melayani transaksi bernilai besar, tapi jangan salah, di BCA Internet Banking juga diperbolehkan untuk menangani transaksi besar juga, bahkan sampai milyaran juga bisa, menurut info dari Direktur BCA, Suwigyo Budiman. Katanya, untuk segmen Bisnis & Korporasi bisa unlimited, seperti Pertamina oleh BCA bahkan dibuatkan direct channel secara Host to Host.

Perkembangan terakhir soal pengamanan transaksi Payment Online berbasis Kartu, saat ini semua Kartu Kredit wajib dirubah menjadi Kartu berbasis Chip, dari yang semula berbasis Magnetic Stripe, mulai 1 Januari 2010. Setelah diterapkan regulasi BI ttg wajib berbasis Chip ini, tingkat Fraud kejahatan transaksi di Indonesia menjadi terendah se Asia Pasific dan se Asean (tahun 2010 terdapat 110 ribu fraud, tahun 2011 turun drastis menjadi 20 ribu fraud pada 2011). Sedangkan regulasi penerapan berbasis Chip juga diterapkan pada Kartu ATM, harus terimplementasi paling lambat 3 Desember 2015.

Lesson learned: tutup kemungkinan fraud, maka angka fraud akan terjun bebas dengan sukses.
Catatan: Fraud pada Bank masih banyak terjadi oleh kejahatan oleh staf internal Bank, sedangkan Fraud pada EDC/POS banyak terjadi kejahatan fraud oleh Merchant.

Bagaimana dengan standard basis Chip-nya? Saat ini di Indonesia telah tersedia standard terbuka ala Indonesia yang diterbitkan oleh Asosiasi ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia), yang dimotori oleh pemain pemain utama Industri Payment Online seperti PT. Artajasa dan para pelaku lain. Standard ini juga direstui oleh Bank Indonesia. Standard Chip nya sendiri yang bernama National Standard Indonesian Chip Card Specification (NSICCS) setara dengan standard EMVco, ISO7816, Europay, Mastercard & VISA tersebut dibentuk secara bersama dengan mempertimbangkan:

  1. Kehandalan

  2. Efisien

  3. Open Platform

  4. Kepentingan Nasional.


Tentu standard ini juga bisa menghindarkan Industri dari kemungkinan Vendor LockIn.

Dengan fakta-fakta trend Industri Payment Online di Indonesia ini, bagaimana masa depan layanan berbasis Chip (Kartu ATM, Kartu Kredit dan eMoney) dan layanan eMoney berbasis non Chip seperti yang ada di Telco provider ? Bagaimana juga dengan masa depan Payment Online pada Industri eCommerce di Indonesia? Kemana arah Chip eKTP?

Pleaseeeee, jangan sampai pemain asing seperti Paypal etc merebut pasar transaksi di dalam Pasar Lokal Indonesia yach!

Monggo silakan dikomentari :)

(*) Data ini saya dapatkan melalui Seminar "Era Baru Pengamanan Transaksi Berbasis Kartu Chip" pada Rabu, 23 Januari 2013 yang disponsori oleh PT. Artajasa, anak perusahaan tempat saya bekerja (PT. Lintasarta).
LihatTutupKomentar