Permasalahan Kritis Anak Sekolah di Boarding School dan Solusinya

Belakangan saya mendengar beberapa kali kabar tidak sedap mengenai keselamatan anak yang sekolah dan menginap di Boarding School. Karena saya mendengar langsung sudah 3 kali, oleh karena itu saya mendidikasikan halaman khusus blog ini untuk mengumpulkan Permasalahan & Kasus Anak yang sakit parah s/d meninggal dunia karena penanganan yang kurang tepat di Boarding School, beserta diskusi Solusinya.

[caption id="attachment_2358" align="aligncenter" width="700"]Boarding School dan Anak anak Boarding School dan Anak anak[/caption]

Jadi silakan bapak/ibu yang peduli pada pencarian solusinya agar turut memberikan info kasus yang muncul dan usulan ide solusi solusinya pada bagian comment artikel ini.

Kasus #1. Seorang anak SMP kelas 1, cewek, sekolah di Boarding school Jatim. Selama demam dan saat mengeluh sakit saat di Boarding school tidak ada yang concern & menyadari. Bahkan ada pengurus yang bilang: Ah kamu cuma manja aja yaa... Nah, biasanya anak itu sembunyi-sembunyi kirim email cukup rutin ke ortu nya di Jakarta. Ortu juga heran, kenapa koq anaknya belum ngimel juga, padahal biasanya sembunyi sembunyi kirim email. Akhirnya Ortu dikabari bahwa anaknya ternyata sudah di rumah sakit, saat ortu mau bergegas berangkat ke Jatim pada Subuh hari, ternyata anaknya sdh meninggal Dunia karena DBD yang tidak tertangani dengan benar.



Kasus #2. Seorang anak SMP kelas 1 juga, anak seorang dokter yang sekolah di boarding school, awalnya di diare tetapi tidak  tertantangani dan dijemput sudah dalam keadaan koma. Di duga sdh diare lebih dari seminggu, hal ini terlihat dari hasil lab yang sangat buruk sekali.
Yang mengherankan adalah pihak sekolah maupun teman temannya tidak ada satupun yang mengabari. Sampai artikel ini ditulis anak tsb masih dalam keadaan koma.

Kasus #3. Seorang anak SMP kelas 1 juga, anak kawan sendiri. Anak tsb nekat nelpon ortu saat merasa sakit (gak tahu pinjam siapa, karena murid boarding school dilarang bawa hp). Ortu segera mendatangi dan mengambil anaknya untuk dirawat. Sekolah tidak tahu menahu saat anak tsb sakit.  Ternyata setelah dibawa ke RS, anak tsb ternyata sakit typus. Untung ya, anak tsb nekat nelpon ortu nya, sehingga tertangani dengan baik di Rumah Sakit. Padahal sekolah melarang anak berkomunikasi dengan ortu dan hanya boleh di visit ortu seminggu sekali.

Lesson Learned yang bisa kita perhatikan adalah:

  1. Perlu sistem prosedur yang aman jika ada anak yang sakit harus ditangani dengan sangat baik oleh Boarding school. Boarding school wajib berkoordinasi dengan ortu dalam menangani murid yang sakit.

  2. Setup sistem kontrol yang baik pada lingkungan Boarding school, teman  terdekat dan siapapun wajib melapor jika ada murid Boarding school yang sakit.

  3. Tidak menutup komunikasi anak kepada ortu nya. Anak harus bisa berkomunikasi tanpa hambatan dengan ortu nya. Alasannya adalah selain untuk menampung laporan anak (seperti keluhan sakit etc) sebagai kontrol, juga untuk mengakomodasi kebutuhan psikologis anak terhadap pola parenting yang baik, termasuk kebutuhan kasih sayang dan melibatkan peran serta aktif ortu dalam mendidik anak.


Tujuan artikel ini ditulis adalah mencari solusi yang lebih baik bagi Boarding school maupun bagi para Ortu murid tanpa menuliskan nama Boarding school terkait, karena kami lebih fokus pada pemecahan masalah secara bersama.

Semoga banyak Boarding school yang membaca artikel ini sehingga bisa lebih memahami permasalahan & resiko kritis kemudian bisa menemukan solusi solusi baru yang lebih tepat. Saya rasa hal ini sangat penting karena menyangkut kepercayaan ortu terhadap anak yang menitipkan kehidupan dan pendidikannya ke Boarding School.

Anda menemukan kasus lain? Silakan di sampaikan/dikomentari dan akan lebih bagus jika anda juga mengusulkan solusi yang walaupun berupa solusi ringan tapi faktual & mengena. (mohon agar tidak menuliskan nama boarding school)
LihatTutupKomentar